Gak semua kisah traveling saya adalah kisah indah. Ada juga cerita yang ngeselin kayak pengalaman saya terdampar di antah berantah di Polandia karena salah kereta.
Niat Mengunjungi Teman saat Traveling Di Polandia
Bulan Desember 2019 lalu, saya traveling dari Athena ke Warsaw. Tujuannya mengunjungi teman saya yang tahun sebelumnya ketemu dengan saya dalam perjalanan solo traveling juga di Athena (kayak mudik aja ya tiap tahun ke Athena saya). Polandia adalah negara ke dua saya di trip ini. Nah trip ini bagian dari perjalanan keliling dunia saya selama 6 bulan yang akhirnya tertunda dan saya tertahan di Buenos Aires, Argentina sekarang karena karatina masal. Anyway, kembali ke cerita Polandia.
Saya menghabiskan waktu di Polandia cuma 3 hari 3 malam karena perjalanan ini adalah perjalanan jetset. Saya ingin mengunjungi sebanyak mungkin negara Eropa ceritanya yang kalau di pikir-pikir lagi, it’s a bit silly. Hari pertama tiba di Warsaw, ibu kotanya Polandia, saya di jemput naik mobil oleh teman saya yang orang asli Polandia ini. Senang banget di jemput soalnya udara di Warsaw bulan Desember dingin banget, bisa minus dan bersalju lagi.
Hari pertama saya di ajak makan ke kota tua (Warsaw Old Town). Kita makan di restoran namanya Zapiecek yang benar-benar tradisional banget. Pelayananya pakai kostum tradisional Polandia yang warna warni cerah. Saya makan dumpling yang katanya adalah makanan tradisional Polandia. Ya.. dumpling ala Polandia gitu! Bahkan dumpling ini ada versi manisnya. Misalnya dengan selai blueberry atau strawberry. Yummy!
Mengunjungi Tempat Wisata
Besoknya saya dijemput lagi sama teman saya ini dan kita pergi ke taman, ke museum, ke tower, ke istana. Pokoknya semua tempat wisata di datangi dalam satu hari. Karena besoknya saya akan berangkat ke Krakow, kita pun pergi ke stasion kereta api supaya teman saya bantuin mesan tiketnya. Saya sudah di wanti-wanti teman saya dari awal bahwa di Polandia orang pada gak pintar Bahasa Inggris. Mungkin di Krakow orang lebih pintar bahasa Inggris karena lebih banyak turisnya. Selama ini perjalanan saya di Polandia lancar aja karena memang teman saya jago Bahasa Inggrisnya. Doi juga penerjemah. Saya pun kembali ke akomodasi hostel saya sekitar jam 8 malam supaya saya dapat istrihat yang cukup.
Side note, akomodasi saya di Polandia harganya cuma Rp.50.000 tapi bersih dan lokasinya bagus! Dekorasinya juga lucu banget, folk style Polandia.
Perjalanan dengan Keretadi Polandia
Besok harinya saya bangun cepat karena saya gak mau ketinggalan kereta. Dari dalam akomodasi saya udah hapalin rute Google Map ke stasiun kereta dengan tram biar gak nyasar. Saya tiba 1 jam lebih awal di stasiun kereta dan balas email untuk mengisi waktu.
Tiket kereta saya tertulis dengan Bahasa Polandia dan papan petunjuk maupun voice over nya pakai Bahasa Polandia. Satu yang pasti, jam keberangkatan saya adalah jam 9.10 karena tertulis jelas angkanya. Terus ada tulisan 3 jadi saya asumsikan bahwa kereta saya ada di platform 3. OK! 10 menit sebelum kereta tiba saya sudah nunggu di sekitar platform. Gak lama kemudian, ada penguman yang saya gak ngerti apa tapi setelah cek di monitor terulis bahwa delay 10 menit untuk ke Krakow. Saya cuma ngerti bagian menit dan kotanya aja karena bahasa mirip. OK. Gak apa saya tunggu.
Kereta Tidak Muncul di Stasiun
Setelah lama menunggu, saya jadi curiga juga kenapa keretanya gak muncul ya? Mungkin orang sini doyan telat juga kayak di Indonesia kali. Jam 9.25 muncul lah kereta yang tulisannya Krakow. Tapi gak ada orang yang masuk. Karena gak ada yang duluan, masuk lah saya. Terus saya curiga, kok tempatnya sudah kotor dengan sisa makanan ya. Akhirnya saya tanya ke salah satu staf nya, terus doi bilang “Nay nay blabla…” Gak ngerti juga. Tapi kesannya bilang saya salah kereta. OK. Saya turun lagi. Tunggu 5 menit lagi, saya mulai panik! Ini kereta ada gak sih?
Akhirnya saya tanya ke ibu-ibu yang ada di sana. Ibu nya gak ngerti Bahasa Inggris. Saya datangin anak muda yang kayaknya bisa Bahasa Inggris. Dengan terbata-bata dia bilang bahwa saya salah tempat, coba tanya informasi. Saya lari. Saya benaran panik. Masalahnya penerbangan saya dua hari lagi adalah dari Krakow ke Irlandia. Saya gak mau ketinggalan pesawat ke irlandia!
Harus Tanya Bagian Informasi
Naiklah saya ke atas dan tanya ke counter kecil. Ada orang yang tanya panjang lebar lagi di depan saya. Buat gak sabaran. Nah waktu saya sampai di counter itu, petugasnya kasih sinyal kalo saya tanya ke bagian informasi, karena ternyata counter itu cuma jualan tiket. Dengan terburu-buru saya naik ke atas lagi, bagian informasi yang benar. Ada dua bagian: informasi dan jual tiket. Nah saya langsung motong antrian di bagian informasi, mata udah berkaca-kaca ini. Tapi gak ada orang yang keluar. Saya ketok-ketok, gedor-gedor, gak ada tanda kehidupan.
Saya pun lari ke bagian jualan tiket. Kemudian bertanya ibu-ibu tua, doi jawab pakai bahasa Polandia. Saya bilang “English please?” terus dia Cuma geleng-geleng. Pergi ke counter sebelahnya doi langsung to the point “NO ENGLISH”. Grrrr!! Kesel! Saya ke sebelah lagi, terus ibu ini cuma nunjukkin ruangan informasi 100 menter di depan saya, tapi dengan muka gak ramah. Kesel banget. Perusahan kereta negara kenapa petugasnya ibu-ibu tua yang gak bisa Bahasa Inggris semua! Emang gak ada tamu internasional di Ibu kotanya? Udah tiketnya bahasa asing, papannya bahasa asing, orangnya juga gak bisa bantu. Sangkin kesalnya saya blak-blakan menggerutu di depan para ibu-ibu itu. Mungkin karena kebawa emosi waktu itu.
Buru-bur Masuk Ke Dalam Kereta
Saya jalan terburu-buru ke ruang khusus ini. Sebenarnya sistemnya pakai kertas antrian, tapi saya gak ada waktu. Plus malas nunggu lama-lama kalau ternyata di bilang gak bisa Bahasa Inggris. Akhirnya saya masuk langsung tanpa babibu berdiri di depan dua petugasnya yang lagi ngobrol apa pun itu, sepertinya candaan gak penting. Nah si Bapak ini baik langsung lah saya di layani. Saya langung menyerocos “I cant find my train. It is already 9.45. It said here it will go at 9.20. I waited in the platform for long.”
Diantar ke Platform yang Benar
Terus saya di persilahkan duduk oleh doi dengan Bahasa Inggris yang tenang dan sopan. Si Bapak menjelaskan bahwa saya berdiri di platform yang salah. Saya seharusnya berdiri di platform 2 dan bukan platform 3. Nomor 3 itu adalah kode keretanya. Trus? Gimana dong? Saya harus beli kereta baru lagi? Harganya sekitar Rp.300.000-an lumayan juga. Ternyata saya bisa di kasih harga yang sama untuk keberangkatan 30 menit lagi dengan transit atau tanpa transit dengan harga mahal tapi berangkatnya 2 jam lagi. Saya pilih yang pertama karena lebih cepat. Saya di wanti-wanti untuk waspada pada saat transit, jangan sampai ketinggalan.
Si Bapak akhirnya meminta petugas keamanan mengantarkan saya ke platform yang benar. Duh lega. Tapi…..saudara saudari, petualangan tidak berakhir disini. Dari semenjak keretanya jalan saya gak bisa berhenti kwatir, takut kalau lupa transit. Apalagi kereta yang ini telat, jadi waktu transitnya gak pas dengan yang ada di tiket. Setiap 5 menit sekali saya lirik HP. Nah.. sampai lah saya di tempat saya seharusnya transit.
Lari-lari di Dalam Kereta Polandia
Semuanya sudah saya persiapkan, saya jalan ke lorong gerbong. Tas, tentengan semua disiapkan dan siap-siap loncat. Pas keretanya udah total berhenti, saya coba untuk membuka knopi pintu kereta. Loh kok susah? Ke atas, ke bawah, kanan, kiri. Masalahnya ini kereta model tua. Bisa jadi keretanya di buat masa USSR masih menguasai Polandia sangkin lamanya. Duuuh.. gak gerak-gerak. Karena takut gak bisa keluar, saya lari sekencang-kencangnya ke pintu kereta di gerbong yang lain. Semua mata tertuju ke saya karena lari saya udah ngalahin cheetah. Bapak yang lagi berdiri di tepi lorong pun ikut lari sambil membantu saya dorong tas koper yang saya geret entah gimana caranya.
Masalahnya lagi, keretanya berhenti cuma 15 detik sangkin cepatnya. Saat pintunya udah mau terbuka karena di bukain sama Bapak yang bantu saya bawa tas ini, keretanya udah mulai maju perlahan lahan. Dramanya lagi, kondektur yang (lagi lagi) gak bisa Bahasa Inggris lari ke arah saya dan melarang saya untuk turun. Hah? Gak lagi lah ini kejadian. Adrenalin rush banget dari tadi sampai sekarang. Lebih ngeri dari main rollercoster ini emosi saya.
Udah Mau Nangis Rasanya
Terus saya gimana ini? Saya mau di bawa ke mana ini? Duuh! Mau nangis rasanya (mungkin juga udah nangis). Terus si Bapak yang bantu koper saya ini ajaibnya lancar Bahasa Inggris. Lancar selancar-lancarnya. Ternyata doi adalah dosen kimia yang baru balik dari konferensi di Taiwan. Doi jelaskan kalau saya turun di stasiun berikutnya dan naik kereta balik ke arah Krakow. Stasiun selanjutnya adalah 30 menit dari sekarang. Terima kasih Bapak/Ibu atas kebingungan sistem perkeretaan di negara Polandia ini. Terus saya jelaskan, kan tiket saya untuk yang jam segini, berarti gak berlaku dong tiket saya? Bapak ini jelaskan kalau gak apa bilang aja kejadiannya seperti ini ke konduktor kereta berikutnya.
Tiba Di Stasiun Berikutnya
Setibanya di stasiun berikutnya saya di lambaikan bye-bye sama si Bapak yang sepertinya masih prihatin. Dan stasiun ini adalah….. di antah berantah. Gak ada satu manusia pun saya liat lagi nunggu. Sepi, dingin, entah di mana letaknya. Ternyata namanya adalah Lubliniec. Lokasinya di tengah-tengah negara Polandia. Kereta berikutnya ke Krakow datang dalam waktu satu setengah jam dari sejak saya tiba di sana. Akhirnya saya jalan ke satu-satunya café/restoran di depan stasiun kereta ini. Di depannya ada pembangunan jadi tamu yang makan hamper semuanya pekerja konstruksi yang melotot memandangi saya. Mungkin gak pernah liat kulit eksotis. Masalahnya di Polandia gak terlalu multirasial dan kalau pun bebeda ras tetap aja semuanya kulit putih dengan degradasi terputih yang pernah kamu liat.
Akhirnya Ketemu Kereta yang Benar di Polandia
Ok setelah makan saya agak sedikit tenang. Sekarang yang penting adalah gimana ketemu kereta yang tepat! Pokoknya gak boleh salah lagi. Setelah tunggu menunggu, tibalah kereta yang di nanti, di platform yang tepat karena sudah 10 kali saya tanya ke petugas loket biar gak salah. Dan sudah 10 kali juga saya liat di Google Map biar gak salah. Sebelum melompat, saya tanya lagi ke orang di samping saya (yang ajaibnya dari China dan bisa bahasa Inggris) dan ternyata itu kereta kembali lagi ke Warsaw. Kenapa selama di Warsaw gak ada yang bisa Bahasa Inggris terus in the middle of nowhere gini ada orang China yang bisa?
Anyway, akhirnya saya naik ke kereta ke Krakow yang jedanya cuma 3 menit dari kereta ke Warsaw. Lega banget selega leganya. Dan gak perlu cek hp atau tanya kanan kiri lagi karena udah jelas stasiun akhirnya adalah Krakow. Sangkin udah malasnya bergerak, begitu naik gerbong saya tinggal duduk aja gak peduli seat nya dimana. Lagian nomor tiket saya kan udah gak sesuai lagi. Begitu kondekturnya datang, doi bilang dengan bahasa isyarat (tapi saya ngerti) kalau saya duduk di kelas 1 dan saya seharusnya pindah ke kelas 2. Terus doi menghilang. Meskipun paham, saya tidak peduli untuk pindah tempat duduk karena saya sudah lelah hayati. Perjalanan 4 jam yang sharusnya tiba jam 1 siang malah jadi jam 6 sore akibat drama lost in translation ini. Untungnya sih nyampe ke tujuan.
Memang solo traveling menyenangkan dan memberikan memori yang berkesan. Walaupun gak semuanya memori indah tapi lama-lama jadi lucu kalau di pikir-pikir. Kamu ada pengalaman seru saat traveling juga? Sharing di komen ya!
Informasi Berguna!
|
Mertayasa
Mei 2, 2020 11:52 pmMemangbngak semua perjalanan menyenangkan kadang memang harus ada part menegangkannya, d mana kejadian kayak d atas tadi..ak juga pernah ngalamin d amsterdam tp ngak separah itu hahaha
olivia purba
Mei 2, 2020 11:54 pmBenar banget. Tapi pengalamannya jadi seru! 🙂
Mertayasa
Mei 2, 2020 11:52 pmMemangbngak semua perjalanan menyenangkan kadang memang harus ada part menegangkannya, d mana kejadian kayak d atas tadi..ak juga pernah ngalamin d amsterdam tp ngak separah itu hahaha
Mila
Mei 2, 2020 4:18 amPengen bgt mencoba solo Travelling kak soalnya emang kemana2 enak sendiri bisa foto2 dan lain2 tanpa takut temen kita bosan. Soalnya aku tipe yg kalo udh tertarik sama suatu tempat bakalan lama bgt disana kaya menikmatinya gitu. Tapi sayangnya pasti orang tua nggak ngizinin aku pergi sendiri ke negara orang 🙁
olivia purba
Mei 2, 2020 5:12 amIya solo traveling emang buat ketagihan. Wah semoga di kedepannya di ijikan ya terutama setelah pandemiknya selesai. Pinter pinter menyakinkan aja kalo emang bisa jaga diri 🙂
Budi Hermawan
Mei 2, 2020 7:21 amSolo travelingku berakhir deportasi…ha ha ha… Awal dari Singapura naik krerta malam ke KL dari KL nyambung kereta ke Bangkok nah dari bangkok nyambung kereta ke kamboja disinilah salah langkah…harusnya ikut seperti bule2 naik bis…karena klo naik kereta pasti kena imigrasi palsu mereka bekerja dah jaringan mafia ngak bisa lolos….rampok berdasi … Uang habis banyak kasian tuh pada bule2 yg kena
Karena Indonesia/Asia bebas visa masuk kambodia… Ngak kena biaya ngak wajar tsb…tapi kena di biaya bis /angkor yg muahaalll …sampai di kamboja nyambung ke vietnam naik bis…trus ke hongkong naik pesawat eh ketangkep di penjara trus deportasi dah…tahun 2114…
Habis baca tulisan ini….darah petualangku mendidih lg…. brangkat lah segera solo traveling lg…
olivia purba
Mei 2, 2020 10:02 amwow seru banget sampai di deportasi. semoga gak di black list ya.
Sesama penyuka pertualangan kita! 🙂